TERBITJABAR.COM | INDRAMAYU –Di bawah terik matahari pagi, puluhan warga dari berbagai penjuru Kecamatan Krangkeng berkumpul dengan satu suara: menuntut keadilan.
Mereka menyebut diri sebagai Aliansi Masyarakat Seluruh Kecamatan Krangkeng (AMSK), dan pada Rabu, (27/8/2025).
langkah kaki mereka berhenti tepat di depan gerbang megah PT Sun Bright Lestari (SBL), sebuah pabrik sepatu yang berdiri di atas lahan seluas 29 hektare di Desa Dukuhjati.
Namun ini bukan sekedar aksi. Ini adalah luapan harapan yang telah lama terpendam.
Dengan pengeras suara yang menggema dari atas mobil, warga menyuarakan tuntutan yang menyentuh nurani agar perusahaan memprioritaskan tenaga kerja lokal, menghapus pungutan liar dalam proses rekrutmen, dan membuka akses transparan bagi siapa pun yang ingin bekerja tanpa harus membayar “upeti”.
Beberapa peserta aksi bahkan menampilkan teatrikal di depan gerbang, menggambarkan betapa sulitnya masyarakat kecil menembus tembok birokrasi dan ketidakadilan.
Di antara suara-suara lantang, muncul satu nama yang menjadi sorotan Novi, yang dituntut untuk diberhentikan karena dianggap gagal dalam mengelola proses penerimaan calon pekerja.
Aksi ini dijaga ketat oleh aparat dari Polres Indramayu dan TNI AD sejak pukul 09.00 WIB. Namun suasana tetap kondusif, penuh semangat namun damai.
“Kami tidak datang untuk membuat keributan. Kami datang membawa harapan,” ujar Muhfid, koordinator aksi, dengan mata yang menyiratkan keteguhan.
“Kalau tuntutan ini tidak direspons, kami siap kembali dengan aksi yang lebih besar.”
Menanggapi desakan tersebut, pihak perusahaan melalui perwakilannya, Chang Liang, akhirnya membuka ruang dialog. Dalam pertemuan yang disaksikan oleh sejumlah pemangku kebijakan, kesepakatan pun ditandatangani sebuah langkah awal menuju perubahan yang diharapkan.
Namun, harapan warga tak berhenti di situ. Mereka juga mendesak agar Dinas Tenaga Kerja, khususnya bidang Penempatan Kerja, segera turun tangan dan memberikan jaminan perlindungan bagi calon pekerja di masa depan.
Sayangnya, hingga berita ini ditulis, Asep dari Disnaker belum memberikan konfirmasi waktu untuk diwawancarai.
Di balik gerbang pabrik yang baru diresmikan tahun lalu, ada mimpi-mimpi yang ingin tumbuh. Mimpi tentang pekerjaan yang adil, proses yang bersih, dan masa depan yang bisa diraih tanpa harus membayar harga yang tak seharusnya.**














