TERBITJABAR.COM | INDRAMAYU– Suasana di Desa Cidempet, Kecamatan Arahan, Kabupaten Indramayu, memanas pada Rabu (22/10/2025)
Saat ratusan, Warga yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Cidempet (GAMACI) menggelar aksi unjuk rasa bertajuk “Grudug Balai Desa.” Tuntutan utama warga adalah transparansi dan keadilan dalam pengelolaan kinerja seorang Kuwu.
Namun, yang lebih mencuri perhatian publik adalah munculnya julukan baru yang disematkan warga kepada Kuwu (Kepala Desa) Cidempet, Muhafdin, M.Pd., yakni “Kuwu Tumpeng.”
Julukan bernada sindiran pedas ini menjadi simbol kekecewaan warga terhadap gaya kepemimpinan Kuwu Muhafidin.
Julukan “Kuwu Tumpeng” lahir dari kebiasaan Kuwu yang dituding warga selalu meminta bagian tumpeng atau hidangan utama untuk dibawa pulang setiap kali ada warganya yang mengadakan hajatan, mulai dari pesta pernikahan hingga tahlilan.
“Warga sudah lama gerah. Setiap ada hajatan, entah itu nikahan atau tahlilan, Kuwu disebut-sebut selalu meminta dikirimi tumpeng ke rumahnya. Ini bukan lagi soal gotong royong, tapi terasa seperti pungutan yang memberatkan,” ungkap seorang demonstran dengan nada kesal, menolak menyebutkan namanya.
Peserta aksi lainnya menambahkan bahwa perilaku tersebut dinilai mencerminkan mental pejabat yang “lupa diri.” “Kuwu seharusnya memberi teladan, bukan malah menuntut-minta tumpeng dari rakyatnya, Ini adalah simbol dari keserakahan kecil yang kami anggap merefleksikan masalah kepemimpinan yang lebih besar,” tegasnya.
Dalam orasinya di depan Balai Desa Cidempet, demonstran tak hanya meneriakkan yel-yel, tetapi juga membawa berbagai poster, salah satunya bertuliskan “Kuwu Tumpeng.”
Mereka menegaskan, julukan tersebut bukan sekadar bahan candaan, melainkan ungkapan ketidakpuasan mendalam atas kepemimpinan Muhafdin yang dinilai arogan dan jauh dari kepentingan masyarakat kecil.
Koordinator lapangan GAMACI, dalam penutup orasinya, menyatakan bahwa aksi ini adalah seruan serius agar pemerintahan desa segera berbenah.
“Kami tidak anti-Kuwu, tapi kami muak dengan perilaku yang tidak mencerminkan pemimpin desa sejati. Julukan Kuwu Tumpeng ini lahir dari rasa kecewa tulus dari rakyat. Jika Kuwu mau berubah, rakyat pasti akan memaafkan. Tapi jika perilaku ini terus dipertahankan, jangan salahkan jika rakyat terus menyuarakan tuntutan keadilan,” tegasnya.
Aksi yang berlangsung kisruh, di depan gerbang Balai Desa tersebut berakhir setelah massa menyampaikan ultimatum kepada Kuwu agar segera merespons tuntutan transparansi dan mengubah gaya kepemimpinannya.
Hingga berita ini diturunkan, Kuwu Cidempet, Muhafdin, M.Pd., belum memberikan pernyataan resmi terkait aksi dan julukan pedas yang disematkan kepadanya.














