TERBITJABAR.COM | CIREBON – Maqolah atau ungkapan sederhana namun mendalam dari tokoh ulama kharismatik, KH. Mukhlas Alwan dari Babakan Ciwaringin, Cirebon, kembali menjadi sorotan sebagai pengingat universal tentang hukum sebab-akibat.
Ungkapan beliau, Saat masih hidup, “Ada Aksi Pasti Ada Reaksi,” menegaskan prinsip yang berlaku di semua dimensi kehidupan: “إن خيرا فخير، وإن شرا فشر” (Jika aksinya baik, maka reaksinya pun baik. Jika aksinya buruk, maka buruk pula reaksinya).
Hukum Fisika, Hukum Tuhan.
Ungkapan Mama KH. Mukhlas Alwan ini sering disebut berkali-kali, dan didengarkan oleh para santrinya, Ungkapan ini sekaligus nasihat spiritual dan sebuah metode pembelajaran sintesis antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan modern.
Dalam sains, khususnya ilmu fisika, prinsip ini dikenal sebagai Hukum Newton III, yang menyatakan bahwa setiap aksi menimbulkan reaksi yang sama besar dan berlawanan arah.
Secara spiritual, ini adalah hukum sebab-akibat atau hukum karma yang ditanamkan Tuhan pada seluruh aspek kehidupan manusia. Siapa pun yang menanam kebaikan akan menebar energi positif yang pasti kembali kepadanya, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an.
“Barang siapa berbuat kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya). Dan barang siapa berbuat kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya).” (QS. Az-Zalzalah: 7–8)
Maksudnya, Menghadapi ‘Reaksi yang Berlawanan’
Namun, Mama KH. Mukhlas Alwan juga memberikan penekanan penting mengenai realitas sosial dan spiritual, terkadang aksi baik tidak selalu disambut dengan reaksi yang manis dari manusia.
Beliau mencontohkan kondisi di mana berbuat jujur malah dituduh riya berjuang dalam dakwah malah dicurigai memiliki kepentingan tersembunyi.
Membuka usaha agar mandiri malah dibilang cinta dunia, Berjuang demi kebenaran justru memicu iri hati dan penghalang.
Fenomena ini, dalam perspektif ilmu sosial, dapat dijelaskan melalui “teori resistensi sosial”, di mana setiap perubahan atau gerakan, meskipun positif, akan memicu penolakan dari pihak yang merasa terganggu.
Menurut ulama asal Babakan Ciwaringin Cirebon ini, gelombang reaksi negatif yang timbul dari aksi kebaikan kita tidak seharusnya membuat kita berhenti. Sebaliknya, hal itu adalah indikasi bahwa kita sedang bergerak dan membawa perubahan.
“Maka jangan kaget jika langkah dakwah, perjuangan, dan niat baik kita kadang justru menimbulkan gelombang reaksi yang tidak enak. Itu bukan berarti salah, tapi justru menjadi indikasi bahwa kita sedang bergerak. Sebab, hanya yang diam takkan menimbulkan gelombang.”
Pesan kunci dari maqolah “Ada Aksi Pasti Ada Reaksi” bukan hanya sebagai pengingat akan konsekuensi, tetapi juga sebagai motivasi kuat agar setiap individu terus beraksi dalam kebaikan, bahkan ketika reaksi manusia di sekitarnya tidak menyenangkan.
Pada akhirnya, Mama KH. Mukhlas Alwan mengingatkan bahwa reaksi manusia tidak menentukan nilai amal, melainkan reaksi Allah-lah yang menjadi penentu utama diterimanya amal kita. “Dan selama hati kita tulus, niat kita lurus, serta langkah kita benar, maka yakinlah sekalipun dunia bereaksi keras, Allah pasti Qobul,” pungkasnya.
Reporter: Tabroni_
(Alumni Ponpes Putra Al-Ikhlas tahun 2003)
					














