TERBITJABAR.COM |INDRAMAYU — Di tengah arus digitalisasi dan persaingan bisnis retail modern, toko kelontong sebagai bisnis rumahan justru tetap menunjukkan daya hidupnya. Pada Selasa (22/7/2025).
Pantauan langsung jurnalis TerbitJabar.com di sepanjang jalan Lohbener Lama, Kabupaten Indramayu, mengungkap pemandangan yang menarik deretan toko kelontong milik warga lokal masih berdiri berdampingan dengan waralaba besar seperti Alfamart dan Indomaret.
Meski harus berbagi ruang dengan brand besar, toko kelontong milik warga setempat atau warung tetap bisa memiliki ciri sendiri tempat tersendiri dalam benak warga sekitar.
“Kalau belanja kebutuhan kecil, saya tetap ke toko Bu Reni. Selain dekat, harganya juga bisa ditawar,” ujar Syerli warga Lohbener.
Tak hanya toko kelontong milik warga asli, sejumlah toko Madura juga ikut meramaikan sektor ini dengan ciri khas pelayanan cepat dan harga kompetitif.
Hal ini menunjukkan bahwa toko kelontong bukan sekedar warisan usaha keluarga, tetapi juga sebagai bisnis yang terus beradaptasi di tengah perkembangan zaman.
Bisnis Rumahan di Era Teknologi
Daya saing toko kelontong tak lagi sekedar mengandalkan kedekatan emosional dengan para pelanggan yang berbelanja.
Banyak pelaku usaha mulai mengintegrasikan layanan digital sederhana, seperti pemesanan lewat WhatsApp, sistem pencatatan digital, bahkan promosi lewat media sosial lokal.
Hal ini membuktikan bahwa toko kelontong bisa tetap bersaing dan menjanjikan asal mampu membaca kebutuhan perkembangan zaman.
Peluang Lokal, Tantangan Global
Di tengah banyaknya persaingan ekonomi yang mendominasi toko Ritel waralaba nasional dan sistem belanja Online, toko kelontong menawarkan sesuatu yang tidak bisa digantikan dari kedekatan personal pemilik toko dan konsumen yang berbelanja dengan fleksibilitas harga yang bisa ditawar, bahakan bisa untuk di hutang dan keberpihakan pada ekonomi lokal.
Bisnis Toko Kelontong bukan sekedar tempat belanja, akan tetapi sebagai simpul sosial dalam komunitas usaha masyarakat sejak dulu.














