TERBITJABAR.COM | INDRAMAYU – Di tengah hiruk-pikuk pembangunan dan janji kesejahteraan yang terus digaungkan pemerintah, sepasang lansia di Desa Panyindangan Kulon, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu justru harus menelan pil pahit.
Bapak Kaduni dan istrinya, warga Blok Gandok RT 06 RW 02, mengaku sudah lebih dari tiga bulan tidak lagi bisa mencairkan bantuan sosial melalui Kartu Merah Putih yang sebelumnya menjadi tumpuan harapan mereka.
Saat ditemui di kediamannya yang sederhana, Bapak Kaduni tak mampu menyembunyikan rasa sedih dan kecewanya.
Dengan suara lirih, ia menceritakan bagaimana bantuan dari pemerintah yang dulu rutin diterima kini seolah terhenti tanpa penjelasan yang jelas.
“Padahal dulu bisa dicairkan, kok sekarang sudah tiga bulan lebih tidak bisa. Kami bingung harus bagaimana,” ujarnya dengan mata yang tampak berkaca-kaca, Pada Minggu (29/6/2025).
Pasangan ini bukanlah bagian dari masyarakat yang hidup dalam kelimpahan.
Mereka hidup sebagai buruh tani di salah satu daerah tunggul payung, ia hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ketika aliran bantuan itu terputus, mereka hanya bisa pasrah mengandalkan kesabaran dan ketabahan.
Kartu Merah Putih, yang digadang-gadang sebagai simbol kehadiran negara dalam membantu rakyat kecil, kini justru menjadi sumber kebingungan untuk masyarakat.
Menurutnya, tidak ada pemberitahuan resmi, tidak ada penjelasan dari pihak terkait. Yang tersisa hanyalah ketidakpastian.
Kisah Bapak Kaduni dan istrinya menjadi potret kecil dari persoalan besar yang mungkin juga dialami oleh warga lain di berbagai pelosok negeri.
Ketika sistem tidak berjalan sebagaimana mestinya, rakyat kecillah yang paling merasakan dampaknya.
Pemerintah daerah dan instansi terkait diharapkan segera turun tangan, menelusuri penyebab terhambatnya pencairan bantuan, dan memastikan bahwa hak-hak warga seperti Bapak Kaduni tidak terabaikan.
Karena di balik setiap kartu bantuan, ada harapan yang menggantung dan kehidupan yang bergantung.














